Tuesday 14 July 2015

Visit Tokyo Through These Beautiful Sketches...^^..

Visit Tokyo Through These Beautiful Sketches...^^..

Not every part of Tokyo is flashy. Many parts are anything
but. Artist Ryota Hayashi not only shows the cityscape, but
parts of Tokyo that are away from the crowds and chaos.






Japanese Street...








City and School Scene...







 
 
+++ Japanese Origin Religion...


Tori gates.

When you know you are on your way into a Shinto Shrine. The
gate is where you cross from the living world into the spirit
world.



+++ Agama Asli Jepun...
Siapa yang gak tau agama asli orang jepang ?

Ya agama " Shinto ".

Shinto adalah kata majemuk dari " Shin" dan " To". Arti kata
" Shin" adalah " roh" dan " To" adalah " jalan". Jadi
" Shinto" mempunyai arti " jalannya roh", baik roh-roh orang
yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata
" To" berdekatan dengan kata " Tao" dalam taoisme yang berarti
" jalannya Dewa" atau " jalannya bumi dan langit". Sedang kata
" Shin" atau " Shen" identik dengan kata " Yin" dalam taoisme
yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya lawan dari
kata " Yang". Dengan melihat hubungan nama " Shinto" ini, maka
kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari
Tiongkok.

Sedangkan Shintoisme adalah fahaman yang berbau keagamaan yang
khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme
merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai
warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan
hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran
Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi
pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.

Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya merupakan perpaduan
antara faham animisme dengan pemujaan terhadap gejala-gejala
alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai agama
tradisional yang telah berabad-abad hidup di Jepang, fahaman
ini timbul dari mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya
negara Jepang. Nama Shinto muncul setelah masuknya agama
Buddha ke Jepang pada abad keenam masehi yang dimaksudkan
untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang.

Selama berabad-abad antara agama Shinto dan agama Buddha telah
terjadi percampuran yang sedemikian rupa. Pada perkembangan
selanjutnya, antara agama Budha dan Shinto akhirnya
mengakibatkan munculnya persaingan yang cukup hebat antara
pendeta Shinto dengan para pendeta agama Buddha, maka untuk
mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya
menerima dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke dalam sistem
keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir
kehilangan sebagian besar sifat aslinya.

Misalnya, aneka ragam upacara agama bahkan bentuk-bentuk
bangunan tempat suci agama Shinto banyak dipengaruhi oleh
agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak dikenal
dalam agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan
tempat-tempat suci agama Shinto lambat laun menjadi lenyap
digantikan dengan gaya yang penuh hiasan warna-warni yang
mencolok.

Pengaruh agama Buddha yang lain juga tampak pada hal-hal
seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan
penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa. Setelah abad ketujuh
belas timbul lagi gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran
Shinto murni di bawah pelopor Kamamobuchi, Motoori, Hirata,
Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin
membedakan " Badsudo" (jalannya Buddha) dengan " Kami" (roh-
roh yang dianggap dewa oleh bangsa Jepang) untuk
mempertahankan kelangsungan kepercayaannya.

Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama Shinto
diproklamirkan menjadi agama resmi Jepang yang pada saat itu
mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu
dapat dikatakan bahwa pahaman Shintoisme merupakan ajaran yang
mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat
kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti
pula berbakti kepada negara dan politik negara.

Sumber:Japan Culture Daisuki)

No comments:

Post a Comment